Selasa, 18 Mei 2010

‘I Don’t Mind Being on My Own’: Psikofilosofi Musik Oasis

Artikel ini hanyalah copy paste dari salah satu Website, saya mohon maaf kepada salah satu pihak yang merasa dirugikan oleh postingan copy paste ini.

Dari seluruh lagu Oasis yang pernah saya dengar, lagu berjudul ‘Listen Up’ merupakan lagu menyentuh yang paling bernuansa ‘magis’. Melodi, aransemen, dan lirik lagu ini merangkum soundtrack tentang renungan dan pernyataan dari seseorang pengelana yang kesepian namun teguh, sedih namun penuh keyakinan, ironis namun penuh percaya diri. Tempo lagu ini tidak cepat, meski termasuk kategori musik rock, dibuka dengan gebuhan drum, disusul petikan gitar sederhana, lalu muncullah suara khas Liam yang tinggi, lantang, dan menantang langit itu – suara yang masih jernih, ketika kualitasnya masih prima, yaitu era kedua album pertama mereka: Definitely Maybe dan (What’s the Story) Morning Glory. Karena kualitas suara Liam semakin lama semakin serak, perubahannya terlihat di album ketiga Be Here Now. ‘Listen Up’ memang tidak popular karena tidak dimasukkan ke dalam album komersil Oasis. Lagu ini seingat saya direkam satu masa dengan masa keemasan Oasis di album Definitely Maybe – dimana lagu itu sendiri hanya diletakkan Noel di bagian B-side.

Dibanding ‘Listen Up’, ‘Whatever’ adalah lagu kebangsaan: menurut saya ‘Whatever’ berada di nomor satu daftar lagu favorit saya sepanjang masa, sekaligus lagu nomor satu dari Oasis, dan lagu yang paling berpengaruh dalam hidup saya. Namun tetap dalam sisi tertentu, lagu ‘Listen Up’ memiliki nuansa sendu paling ‘magis’ – sesuatu yang tidak terlupakan dari elemen musik Oasis, dan karenanya saya tertarik untuk membahasnya sejenak.

‘Listen Up’

Lagu ini dibuka dengan lirik yang penuh keyakinan – seperti seorang yang baru melangkah keluar pintu menyapa dunia yang kelam untuk dirinya sendiri, dinyanyikan dengan nada tinggi oleh Liam:

Listen up what’s the time said today

I’m gonna speak my mind!

Take me up to the top of the world

I wanna see my crime!

‘Listen Up’ merupakan single B-side yang akhirnya digabungkan ke dalam album kompilasi single Oasis berjudul ‘The Masterplan’. Lagu berdurasi 6.21 menit ini bernuansa ‘magis’ dan menyentuh bagi saya karena keseluruhan lagu itu diaransemen dalam level yang berbeda dari irama rock kebanyakan. ‘Listen Up’ tidak sentimental-romantik seperti ‘Don’t Go Away’, tapi juga tidak seradikal ‘Whatever’ atau sesederhana ’Wonderwall’ yang legendaris itu. ‘Listen Up’ tidak memiliki momen jeda atau klimaks dan antiklimaks (kecuali di akhir lagu) – melodinya konstan sepanjang lagu, dan dua elemen yang paling krusial dari kemagisan lagu itu terdapat pada gitar melodi yang terus dimainkan Noel dan suara tinggi Liam yang mengisi ruang latar musik yang menggema.

Liriknya di bagian chorus seperti berikut:

Sailing down the river alone,

I’ve been trying to find my way back home

But I don’t believe in magic,

Life is automatic

But I don’t mind be on my own…

No I don’t mind be on my own

Lirik itu — disertai keseluruhan rangkaian aransemennya dan vokal Liam yang tinggi dan melodik — memadukan kesedihan, kesendirian, tapi juga kemantapan hati. Kisah tentang perjalanan sunyi menuju ‘rumah’ – terlepas dari apapun beban yang dipikul, si pengelana itu tak keberatan untuk berjalan sendiri. Dan itu ditekankan berkali-kali, ‘I don’t mind be on my own…(no) I don’t mind be on my own…(I said) that I don’t mind be on my own…’ Liam menyanyikannya diulang-ulang beberapa kali di akhir lagu, semacam peneguhan di titik penghabisan – entah tujuan untuk pulang itu tercapai atau tidak.

Lagu seorang pejuang kesepian yang heroik.

Saya menyukai metafora dari liriknya ‘sailing down the river alone…’ — saya benar-benar membayangkan seseorang yang sedang naik perahu kayu menyisiri pinggir sungai di tengah hutan. Di lirik berikutnya, ‘…I’ve been trying to find my way back home’, saya membayangkan ‘rumah’ yang ditujunya berbeda, bukan sebuah bangunan fisik melainkan suatu imaji abstrak tentang keinginan pulang: suatu tempat nun jauh di sana, di suatu situasi dan kondisi tertentu – tempat yang belum terbayangkan, namun mudah dikenal karena melekat di dalam ingatan.

Keteguhannya akan apa yang ditujunya sebagai ‘rumah’ terlihat dari lirik ‘I don’t believe in magic, life is automatic’. Bahwa hidup itu bukan rangkaian keajaiban. Hidup berjalan otomatis karena sudah ada ’jalan’ yang harus dia ikuti (’takdir’) namun tetap dia harus berjuang untuk mendapatkan apa yang dia cari, meski itu harus dilakukannya sendiri – dan pernyataan ini adalah inti keseluruhan lagu itu: “but I don’t mind be on my own”. Lagu ini tidak berkisah untuk satu kelompok atau satu pasang orang.

Lagu ini sungguh untuk satu manusia, per individu, bahwa pada sejatinya masing-masing dari kita mencari dan menuju apa yang disebut ‘rumah’ itu sendiri. Kita akan pulang sendiri. Pencarian kita bisa jadi dilakukan bersama-sama, tapi pada hakikatnya pencarian yang personal selalu tentang diri dan sendiri. Satu benak. Satu impian. Satu imaji. Satu rumah.

Pulang hanya sekali, dan hanya diri kita yang bisa kita andalkan pada akhirnya.

Sendiri, Sepi, Yakin: Psikofilosofi Musik Oasis

Oasis memiliki beberapa lagu berirama riang dan seru yang merayakan hura-hura, bersenang-senang, dan kebersamaan. Telinga kita ikut menari ketika menikmati lagu Cum On Feel the Noise, F**king in the Bushes, Bonehead’s Bank Holiday, Shock of the Lightning, Round are Way, Cloudburst, Stay Young (soundtrack film ‘The Faculty’-nya Elijah Wood), Supersonic, Roll with It, Acquiesce, Some Might Say, dsbnya.

Tapi terlepas dari nuansa rock n roll yang hura-hura rame-rame, tak sedikit pula lagu berirama rock dari Oasis yang mengisahkan nuansa sendiri dan sendu (dengan keyakinan dan ego tinggi yang selalu inheren dalam lirik mereka) meski aransemen musiknya riang dan bertempo sedang/cepat, semisal:

Fade Away (“I’m gonna paint you a picture, coz I don’t think you live around here no more. I’ve never ever seen the key to the door. We only get what we will settle for. While we’re leaving, the dreams we had as children fade away…”)

Live Forever (“Lately did you ever feel the pain, in the morning rain, as it soaks you to be bone? […] maybe I will never be all the things that I wanna be […] I think you’re the same as me, we see things they’ll never see…you and I are gonna live forever”)

Rock n Roll Star (“I live my life for the stars that shine. People said it’s just a waste of time […] In my mind my dreams are real. Now you concern about the way I feel. Tonight, I am a rock n roll star.”)

Banyak lagu Oasis yang berirama melankolik melodik semakin menonjolkan nuansa sendiri dan sendu itu:

Going Nowhere (“Wanna be wild coz my life’s so tame. Here am I, going nowhere on a train. Here am I, growing older in the rain.”) – yang tak terlupakan dari lagu ini adalah iringan tuba, biola dan pianonya.

Half the World Away (I would like to leave this city. This old town don’t smell to pretty and I can feel the warning signs running around my mind. […] So what do you say? You can’t give me the dreams that are mine anyway. You’re half the world away.”) – dinyanyikan Noel dengan iringan gitar akustik dan piano.

Rockin’ Chair (“All my life, I’ve tried to find another way. […] All my life, I’ve tried to make a better day. It’s hard enough being alone. […] Its hard enough sitting there. […] It’s all too much for me to take, when you’re not there.”) – gitar melodi akustiknya di sela-sela nyanyian Liam very enjoyable.

Talk Tonight (“I wanna talk tonight, until the morning light, about how you saved my life. You and me see how we are.”) – hanya diiringi gitar akustik, dengan latar sedikit menggema.

– keempat lagu di atas memiliki makna kerinduan yang implisit. Kerinduan terhadap seseorang atau sesuatu, imaji yang berkejaran ketika kita sedang merenung sendiri. Lagu-lagu sendu ini juga bisa didengar dari Waiting for the Rapture, Underneath the Sky, To Be Someone, D’you Wanna be a Spaceman, Sad Song, Who Feels Love, Don’t Look Back in Anger, Married with Children, Take Me Away (lagu sedih yang disumbangkan ke kompilasi album donasi untuk korban perang Kosovo), Stop Crying Your Heart Out (soundtrack film ‘The Butterfly Effect’-nya Ashton Kutcher), Stand By Me, dan Don’t Go Away. Lagu ‘Talk Tonight’ dan ‘Going Nowhere’ sendiri dicipta Noel dalam keadaan gamang dan sendiri: ‘Talk Tonight’ mengisahkan pertemuannya yang amat berkesan dengan seorang perempuan saat Noel melarikan diri dari tur karena marah, dan ‘Going Nowhere’ ditulisnya saat sendiri di sebuah kereta.

Selain itu, ada juga lagu rock klasik Oasis yang menurut saya timeless, dengan aransemen yang khas di tiap-tiap lagu, masih dengan lirik sederhana yang reflektif dan mengisahkan jiwa-jiwa kesepian, keteguhan, sekaligus sekelumit romantisme:

Whatever (“I’m free to be whatever I. Whatever I choose and I’ll sing the blues if I want. I’m free to say whatever I. Whatever I like if it’s wrong or right it’s alright. […] Whatever you do, whatever you say, yeah, I know it’s alright.”) – The greatest part about this song, aside from its universal lyrics, is the violin and its beautifully sounded orchestra. My main soundtrack of life.

The Masterplan (“All we know is that we don’t know how it’s gonna be, please brother let it be. Life on the other hand won’t let us understand why we’re all part of the masterplan.”)

Wonderwall (”There are many things that I would like to say to you, but I don’t know how. I said maybe you’re gonna be the one that saves me. And afterall, you’re my wonderwall.”)

Cast no Shadow (“Bound with all the weights of all the words he has to say. Change to all the places that he never wished to say. As he faced the sun he cast no shadow.”) – this is a breath-taking music. Oasis’ wisest song, I may say.

Seingat saya, kalimat yang banyak ditemui dalam lirik lagu Oasis ada 5 macam:

(1) kata-kata afirmasi optimis seperti “alright” (“I know it’s alright”/”it’s gonna be alright”), “a better day”, dsb.

(2) ungkapan sendu/sepi (“you bring me down I think you’re rude”/sitting on my own”/”he walks along the open road of love and life – surviving if he can”/”you and me what’s going on?”/”in a lonely place”/”won’t you take me to the edge of night?” dsb.)

(3) deskripsi parodik/ironi (“no more cocaine it’s only brown choke”/“I hate the way that you are…”/”I was looking for some action but all I found was cigarettes and alcohol”/”but my God woke up on the wrong side of His bed” dsb.)

(4) arogansi/percaya diri (“you wanna be me?”/you wanna be who you be if you’re coming with me”/”where were you while we were getting high?” dsb.)

(5) petuah (“it’s better people live one another”/”don’t look back in anger”/”there’s nothing more to be if you can be the remedy who heals love” dsb.)

Lagu-lagu Oasis selalu memiliki nilai inheren tentang optimisme, kepercayaan diri, dan harga diri. Nilai ini selalu tersirat dalam setiap lirik lagu mereka, meski konteks lagu itu berkisah tentang rasa kehilangan, kesepian, kerinduan, kesedihan, kegembiraan, atau parodi keangkuhan.


Terlepas dari begitu banyak lagu dan musisi baru bermunculan di tahun 2000-an ini, selera saya sepertinya sudah nyangkut di era 1990-an. Saya sudah temukan Oasis sebagai the most influential band. Saya masih menikmati musik-musik jaman sekarang dan memasukkan sebagian ke koleksi saya, tapi sudah jarang. Mungkin juga karena alokasi waktu saya untuk menjadi pengamat musik tidak semasif dan seintens jaman remaja dulu. Koleksi lagu-lagu saya kebanyakan berada di era 1990-an dan mundur terus ke belakang.

Definitely Morning Glory, Noel!

Oasis bubar di tahun 2009. Mungkin jika saya masih berusia 16 tahun saya akan menangis, tetapi saya sudah terlanjur dewasa untuk berdramatik ria dengan pecahnya mereka. Begitu mendengar mereka bubar, saya menelusuri kembali jejak-jejak mereka dengan seharian menonton Oasis di youtube. Saya kembali menyimak videoklip-videoklip mereka yang dulu setengah mati saya tunggu di MTV, mengunjungi situs resminya, mendownload koleksi lagu-lagu mereka yang dulu sempat hilang, dan menyimak banyak interview Noel dengan wartawan dan masih tetap mengaguminya sebagai seorang musisi jenius yang charming.

Noel Gallagher lah yang memberi nyawa bagi Oasis. Kalau Liam adalah si berandal cool serba gak jelas yang tetap tak tergantikan sebagai vokalis khas Oasis, Noel adalah si gitaris dan penulis lagu produktif dan kreatif yang menjadi denyut musik Oasis. Dia pernah dijuluki ‘the wise man of rock n roll’, bukan karena egonya yang hampir sama keterlaluannya dengan Liam, tapi karena campuran yang luarbiasa dari rasa humor, kesantunannya yang rada janggal tapi alami, petuah-petuah yang serba apa adanya, dan sikapnya yang cuek, jujur, namun reflektif. Dia tidak menyelesaikan SMA-nya, tapi terkesan terpelajar.

Keseluruhan gaya Noel membuat saya paham darimana musik Oasis itu bersumber: yaitu kualitas musik yang tinggi dan lirik-lirik puitis sederhana yang jauh dari semburan sumpah serapah dan vulgar ala band rock lain. Selalu ada kesan terhormat dari cara Brit bands bermain rock n roll – dan Oasis menunjukkan itu dengan jelas dari musik mereka.

I am older now, I am an older gentleman”, kata Noel dalam sebuah wawancara ketika berkomentar tentang masa hura-hura dengan heroin yang kini udah dia tinggalkan. Arogansi masa lalunya yang senang mengumbar perlahan termatangkan oleh waktu seiring semakin matangnya pula proses bermusik dan usia mereka. Arogansi bertransformasi menjadi kepercayaan diri. Playboy bertransformasi menjadi seorang ayah dan suami. Sebagai seorang penderita dyslexia yang tumbuh dalam keluarga miskin yang penuh kekerasan, bisa dipahami bahwa musik dan lirik Oasis adalah mozaik dari pengalaman, imajinasi, dan hal-hal instan yang ada di kepala Noel. Noel bersikeras dalam sebuah wawancara bahwa lagu-lagunya mencerminkan optimisme hidup, dan itu betul, namun optimisme yang tertuang dalam musiknya adalah optimisme yang bersumber pada individualisme: terlepas dari sepi, bingung, dan angkuh, terlepas dari segala yang suram, “aku baik-baik saja” dan “aku akan bisa meski kuhadapi sendiri” – sebuah optimisme yang keluar dari satu pergulatan dan siap untuk memasuki pergulatan yang lain sebagai manusia bebas.

Meski ada satu-dua tuduhan menjiplak lagu oranglain dalam karir Noel, otentisitasnya tidak terletak dari kumpulan irama-irama yang terinsipirasi dari The Beatles dan lainnya atau dari insiden penjiplakan lagu, tapi dari hasil akhir semuanya itu, yang diproduksi dari kreativitas dan bakatnya. Sebagian besar lagunya tetap otentik: tidak ada yang bisa menyamai kekhasan ‘The Wonderwall’, atau bagian chorus yang tinggi melodik dari ‘Don’t Look Back in Anger’, atau nuansa ‘high’ yang psychedelic dari ‘Champagne Supernova’. Album ‘(What’s the Story) Morning Glory’ adalah salah satu album terbaik sepanjang sejarah, sebagaimana pernah dilansir oleh majalah Time, dan lagu ‘Live Forever’ dari album ‘Definitely Maybe’ menduduki peringkat satu dalam urutan lagu terpopuler di Inggris sepanjang masa versi Q Magazine, mengalahkan rekor The Beatles.

‘Thank You for the Good Times’: Sebuah Epilog

Thank you, Oasis, for the good times! Musik dan aura yang merangkumi karir mereka menemani saya tumbuh sebagai remaja, dan bahkan kini lebih dari sepuluh tahun sudah saya menjadi penggemar setia mereka. Oasis tetap tidak tergantikan meski di satu sisi gaya busana saya berubah, kehidupan saya berubah, perspektif saya meluas, pertimbangan-pertimbangan relijius saya pun lebih kentara ketimbang dulu, dsbnya. Saya sudah mendapat esensi dari musik Oasis – sesuatu yang mendalam dan humanis, terlepas dari citra rock n roll dan kontroversi mereka yang amburadul.

‘Thank You for the Good Times’ adalah salah satu lagu Oasis ketika masa-masa puncaknya sudah berlalu, ketika orang dengan rambut ala Liam, stiker dan kaos-kaos hitam putih berlambang Oasis sudah tidak lagi beredar. Era letupan kejayaan Brit bands di tahun 1990-an mulai diganti oleh nuansa musik yang lebih beragam. Awal abad 20 adalah tempat dimana kontestasi musik pop, rock, alternatif, dsbnya lebih mendapat porsi yang sama, kecuali bahwa lagu-lagu pop kacangan masih menjuarai selera pasar.

Meski begitu, saya bersyukur karena para grup boybands dangkal dan cengeng itu sudah tamat riwayat dihajar Brit bands dan band-band rock lain di era 1990-an sehingga mereka punah di tahun 2000-an.

Kepunahan gaya boybands itu membuat Backstreet Boys, Hanson, dan The Moffats akhirnya banting stir: dari citra pemuda manis anak mama menjadi pemuda rock yang terlihat lebih garang. Tentu saja ini gagal total, terutama karena pemuda-pemuda bergaya (pura-pura) macho itu masih setia dengan mainstream lagu-lagu mereka. Dan tentunya satu yang pasti: penggemar setia mereka tidak pas dengan citra baru macho mereka, dan penggemar musik rock benar-benar tidak menerima mereka ke dalam kasta kategori rock meski para boybands itu memakai jaket kulit dengan tampilan lebih maskulin.

Kini, saya tidak sesering dulu mendengar lagu Oasis, meski koleksi mereka saya simpan rapi di komputer. Kadang saya lompati lagu mereka dari playlist. Namun selalu ada momen saya menyimak kembali lagu-lagu mereka di playlist, dan greget itu tidak pernah hilang: ’Whatever’ tetap membuat saya terharu, ’Listen Up’ akan membuat saya trenyuh, ’Talk Tonight’ selalu membawa saya pada kesan romantisme sederhana, dan dengan sedikit tak lazim lagu ’Little By Little’ mengingatkan saya pada kebaikan Tuhan dan keimanan saya pada-Nya.

Musik Oasis adalah spiritualisme sekuler dalam perspektif psikofilosofis saya – sesuatu yang entah kenapa hanya bisa dihayati dalam kesendirian. Bahkan keriangan dan optimisme dalam lagu-lagu mereka selalu saya nikmati ketika saya sendiri, dan dengan itu saya bisa menangkap lirik dan terserap dalam aransemen musiknya.

Jadi, saya akan berdiri penuh hormat, dan berujar, ”Thank you for the good times!” and surely for the bad times they turned into good.

“One fine day, gonna leave it all behind.

And would it be so bad if I had more time?

Sailing down the river alone,

I’ve been trying to find my way back home,

But I don’t believe in magic,

Life is automatic

But I don’t mind be on my own.”

Senin, 10 Mei 2010

FLEGMATIK

D.FLEGMATIK

KEPRIBADIAN “FLEGMATIK”DAMAI
*INTROVERT *PENGAMAT *PESIMIS
Sifat pada umunya :
(+) Tenang (-) Penonton
(+) Praktis (-) Kikir
(+) Dapat diandalkan (-) Suka melindungi diri sendiri
(+) Lembut hati (-) Mementingkan diri sendiri
(+) Konservatif (-) PEnakut
(+) Diplomat (-) Tidak tegas
(+) Pelucu (-) Tidak punya motivasi
(+) Efisien
(+) Berbakat pemimpin

Penjelasan :
Flegma berarti tidak adanya gairah, tapi bukan kemalasan, ia tidak mudah dan
tidak cepat kena pengaruh. Seorang Flegmatik adalah seorang yang lambat menjadi hangat, tetapi jika sudah akrab dapat bertahan hangat lebih lama bahkan menjadi persahabatan yang awet. Seorang Flegmatik selalu bertindak atas dasar keyakinan bukan atas dasar naluri.



Temperamennya yang cerah dapat menggantikan kecerdikan dan kebijaksanaan di dalam dirinya bila ia tidak hadir. Seorang Flegmatik bertindak layak dalam bergaul dengan orang lain dan biasanya dpaat maju karena kegigihannya dalam mencapai sasaran –sasaran yang dikehendakinya sementara ia bergaya seakan – akan memberikan jalan kepada orang lain.

EMOSI “FLEGMATIK”DAMAI
* Kepribadian rendah hati
* Mudah bergaul dan santai
* Diam, tenang dan mampu
* Sabar, baik keseimbangannya
* Bahagia menerima kehidupan
* Hidup konsisten
* Tenang, tetapi cerdas
* Simpatik dan baik hati
* Menyembuhkan emosi
* Serba guna

“FLEGMATIK”DAMAI DI PEKERJAAN
* Cakap dan mantap
* Damai dan mudah sepakat
* Punya kemampuan administratif
* Menjadi penengah masalah
* Menghindari konflik
* Baik di bawah tekanan Menemukan cara yang mudah

“FLEGMATIK”DAMAI SEBAGAI TEMAN
* Mudah diajak bergaul
* Teman yang menyenangkan
* Tidak suka menyinggung
* Pendengar yang baik
* Selera humor yang menggingit
* Suka mengawasi orang
* Punya banyak teman
* Punya belas kasihan
* Punya perhatian

“FLEGMATIK”DAMAI SEBAGAI ORANG TUA
* Menjadi orang tua yang baik
* Menyediakan waktu bagi anak -anak
* Tidak tergesa - gesa
* Bisa mengambil baik dan buruk
* Tidak mudah marah

“PERTANYAAN YANG MENUNJUKKAN TEMPERAMEN DASAR”

1. Apakah anda orang yang EKSTROVERT? Jika ya, temperamen anda yang utama adalah SANGUIN / KOLERIS
2. Bila jawaban No. 1 ya, tanyalah pada diri anda”APAKAH SAYA CENDERUNG SUPER EKSTROVERT”?
* Yaitu anda biasanya adalah orang pertama yang berbicara? Bila ya, anda adalah seorang “SANGUINIS”
3. Bila jawaban no. 1 ya. Tanyalah pada diri anda “APAKAH ANDA ORANG SEORANG SANGUNIS YANG BAIK? Bila ya, temperamen anda yang utama adalah “SANGUINIS”
4. Bila ya, terhadap no. 1 namun tidak pada pertanyaan no. 2 dan 3 bertanyalah “APAKAH SAYA SEORANG PEMIMPIN YANG ALAMI YANG KUAT? Bila ya, anda adalah seorang “KHOLERIS”
5. Bila anda menjawab tidak pada pertanyaan No. 1 yaitu anda bukan seorang EKSTROVERT, tanyalah diri anda “APAKAH SAYA SEORANG PERFEKSIONISME, ANALISTIS, DAN ENTAH KENAPA SERING MENGKRITIK?” Bila ya, temperamen utama anda mungkin “MELANKOLIS”
6. Bila anda menjawab tidak pada pertanyaan No. 1 tanyailah diri anda “Apakah anda dikenal orang lain sebagai seorang yang sangat pendiam, “Apakah anda jarang marah namun mengalami banyak ketakutan dan kekhawatiran? Bila ya mungkin anda soerang “PHLEGMATIS”

Sabtu, 08 Mei 2010

Tipologi Manusia

Tipologi Manusia

Jumat, 20/02/2009 13:51 WIB | email | print | share

Tiga Tema Penting

Sebelum kita menruskan perjalanan wisata kita menuju Periode Kematian Kedua, ada tiga tema penting terkait dengan Fase Setelah Lahir atau fase kehidupan di dunia yang perlu kita bahas.

1. Tipologi Manusia. 2. Evaluasi Fase Setelah Lahir, dan 3. Hidayah (Petunjuk) dan Dholalah (Kesesatan)

1. Tipologi Manusia

Mari kita kunjungi dan saksikan fenomena dan realitas kehidupan manusia ketika melewati Fase Setelah Lahir ke dunia. Kendati telah terbukti bahwa Allahlah yang menciptakan manusia 100 %, mutlak didasari kehendak-Nya, dengan sistem penciptaan yang ditetapkan-Nya, melalui proses dan tahapan yang ditentukan-Nya. Namun, ketika melewati fase kehidupan di dunia, khususnya setelah dewasa, pada kenyataannya, manusia ada yang mengakui keberadaan Tuhan Pencipta dan ada pula yang mengingkari-Nya. Dalam pengakuan tersebut ada yang mengakui-Nya secara mutlak dan bulat seperti yang dilakukan oleh orang-orang beriman dan ada pula yang setengah-setengah seperti yang dilakukan oleh orang-orang munafik. Dalam penolakan terhadap Tuhan Pencipta juga ada yang menolak-Nya secara mutlak seperti yang dilakukan oleh kaum atheist dan ada pula menolaknnya setengah-setengah seperti yang dilakukan oleh kaum materialis dan sekular.

Penerimaan dan penolakan tersebut akan melatarbelakangi tingkah laku, kebiasaan dan kultur yang terbentuk dalam kehidupan manusia. Jika penerimaan terhadap Tuhan Pencipta didasari ilmu, secara utuh dan total, maka prilaku, kebiasaan dan kultur yang lahir dari kehidupan manusia akan mencerminkan kehendak dan sistem-Nya secara utuh dan total pula. Begitu juga sebaliknya dengan sikap penolakan terhadap Tuhan Pencipta. Dengan kata lain, prilaku, kebiasaan dan kultur yang terbangun dalam kehidupan seseorang sangat erat kaitannya dengan sikap yang ia bangun terhadap Tuhan Pencipta, khususnya setelah melewati masa remaja dan dewasa.

Timbul pertanyaan: Kenapa bisa terjadi dua sikap yang bertolak belakang terkait dengan pengakuan terhadap Tuhan Pencipta dalam kenyataan kehidupan manusia di dunia ini? Bukankah Allah Maha Kuasa menggiring manusia semuanya menjadi beriman, ta’at dan patuh pada-Nya sebagaimana Dia berkuasa menciptakan mereka dari tidak ada? Kondisi tersebut ternyata juga tidak keluar dari sistem Allah yang diterapkan-Nya untuk manusia ketika mereka melewati Fase Kehidupan Dunia, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam beberapa ayat berikut ini :

1. Allah menciptakan manusia dengan fasilitas fisik amat sempurna. لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (amat sempurna) 94) (Q.S. Attin (5): 4)

2. Allah juga telah membekali manusia dengan empat alat super jenius dan canggih, yakni pendengaran, penglihatan, pikiran dan hati, seperti yang Allah firmankan : قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ (23) Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (23) (Q.S. Al-Mulk (67) : 23)

3. Kesempurnaan fisik dan kecanggihan empat alat tersebut ternyata belum cukup bagi manusia untuk menentukan jalan kebenaran dan kebaikan bagi diri mereka sendiri agar sampai kepada suatu sikap penerimaan terhadap Tuhan Pencipta secara mutlak dan totalitas. Sebab itu, dengan kemurahan dan kasih sayang pada hamba-Nya, Allah menurunkan Kitab Petunjuk Hidup (Al-Qur’an) yang hak (benar) dan sesuai dengan fitrah mereka sendiri, agar dapat memilih jalan yang lurus dan terang dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Allah menjelaskan dalam firman-Nya : الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (1) Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Pencipta Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (1) (Q.S. Ibrahim (14) : 1)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ......... (185) Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)……. (185) (Q.S. Al-Baqoruh (2) : 185)

4. Untuk dapat mencerna, memahami dan menerima kebenaran Kitab Petunjuk (Al-Qur’an) tersebut, Allah selalu memberikan kepada manusia kemampuan melihat tanda-tanda Kekuasaan dan Kebesaran-Nya dalam jagad raya dan dalam diri mereka sendiri, agar jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (53) Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk (jagad raya) dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (53) (Q.S. Fush-shilat (41) : 53)

5. Setelah manusia diciptakan dengan fisik yang amat sempurna, dibekali dengan empat alat super canggih, diturunkan untuk mereka Kitab Petunjuk Hidup (Al-Qur’an) serta diperlihatkan selalu tanda-tanda Kekuasaan dan Kebesaran-Nya dalam jagad raya dan diri manusia itu sendiri, dengan semua nikmat maha besar dan lengkap itu, Allah membiarkan mereka untuk memilih jalan mana yang akan mereka tempuh dalam kehidupan dunia ini; jalan Tauhid atau jalan kemusyrikan, jalan syukur atau jalan kufur, jalan ta’at atau jalan maksiyat (durhaka), jalan lurus atau jalan bengkok, jalan baik atau jalan buruk, jalan hak atau jalan bathil, jalan cahaya atau jalan gelap gulita, jalan ma’ruf atau jalan mungkar, jalan kejujuran atau jalan kebohongan, jalan lapang atau jalan sempit, jalan Iblis dan setan atau jalan para Nabi dan Rasul, jalan kebahagiaan atau jalan kesengsaraan, jalan kesuksesan atau jalan kegagalan, jalan orang shaleh atau jalan preman, jalan hati nurani atau jalan syahwat, jalan kemuliaan atau jalan kehinaan, jalan ketinggian atau jalan murahan, jalan ketulusan atau jalan kemunafikan, jalan kesungguhan atau jalan kemalasan, jalan penuh karya dan keratifitas atau jalan pengangguran dan kejumudan, jalan keilmuan atau jalan kebodohan, jalan kepastian atau keragu-raguan, jalan ketenangan atau jalan kegelisahan, jalan keadilan atau jalan kezaliman, jalan amal shaleh atau jalan kejahatan, jalan tradisi Nabi atau jalan tradisi nenek moyang, dan jalan ke Syurga atau jalan ke Neraka?

Silahkan mereka yang memilihnya dengan sukarela dan tidak boleh ada paksaan dalam pemilihan jalan hidup itu, karena mereka akan menanggung sendiri resiko pilihan itu, seperti yang Allah firmankan : وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (99) Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (99) (Q.S. Yunus (10) : 99)

6. Untuk membuktikan Maha Adilnya Allah Tuhan Pencipta, Dia memberikan reward (imbalan) berdasarkan pilihan manusia itu sendiri. Jika baik, Dia akan balas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Namun, jika buruk, Dia juga akan membalasnya dengan keburukan yang setimpal. Mari kita renungkan firman Allah berikut ini: وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا (29) إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلا (30) أُولَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا (31) Dan katakanlah: "Kebenaran (Al-Qur’an) itu datangnya dari Tuhan Penciptamu; maka Barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang lalim itu Neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (29) Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik.(30) Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka Syurga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam Syurga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang indah. (31) (Q.S. Al-kahfi (18) : 29 – 31)

Sesungguhnya haq (kebenaran) dan kebaikan itu banyak warnanya, sebagaimana bathil dan keburukan juga berwarna warni. Namun esensi masing-masing hanya satu, yakni Iman dan Kufur. Seringkali kita sulit memilah dan memisahkan antara keduanya, karena bisa saja sebagian warna hak dan kebaikan itu berada dalam diri seseorang yang hidupnya dilandasi kebathilan dan keburukan. Sebaliknya juga demikian, warna-warni kebathilan dan keburukan bisa saja menghinggapi kepribadian seseorang yang melandasi aktivitas kehidupannya dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan, seperti beberapa contoh kasus yang telah disebutkan pada pembahasan metode SEI Empowermen dalam Bagian I dari buku ini.

Biasanya, kondisi seperti itu terjadi bila proses SEI Empowerment tidak berjalan dengan baik, seimbang dan maksimal. Namun demikian, semua haq (kebenaran) berinduk dan bermuara dari keimanan (keyakinan) pada Tuhan Pencipta. Sedangkan semua bentuk kebathilan itu berinduk dan bermuara pada kufur (penolakan) pada Tuhan Pencipta. Sebab itu, dalam membahas tipologi manusia yang sedang melewati FASE SETELAH LAHIR atau fase kehidupan di dunia, khususnya setelah dewasa, kami hanya membagi kepada dua tipe saja, yakni manusia beriman dan manusia kafir (tidak beriman). Pembagian tersebut dilandasi firman Allah berikut ini :

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (2)

Dia-lah yang menciptakan kamu, maka di antara kamu ada yang Kafir (tidak beriman) dan di antaramu ada yang Mu’min (beriman). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S At-Taghobun (64) : 2)